Berita

Sentra Batik Di Cirebon, Pasar Batik Trusmi Kini Sepi dan Kurang Terawat

720
×

Sentra Batik Di Cirebon, Pasar Batik Trusmi Kini Sepi dan Kurang Terawat

Share this article
Kondisi Pasar Butik Trusmi Di Kabupaten Cirebon
Kondisi Pasar Batik Trusmi Cirebon yang tak terawat dan sepi. Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar/

SUBANG, Elshifaradio.com – Pasar Batik Trusmi yang terletak di Kabupaten Cirebon merupakan salah satu sentra batik yang terkenal. Terletak di jalur pantura, tepatnya di Jalan Ottoiskandardinata, Weru Kidul, Kecamatan Weru, pasar ini diresmikan oleh Ahmad Heryawan pada tahun 2015. Namun, saat ini kondisinya cukup memprihatinkan.

Pasar yang dahulu ramai pengunjung kini terlihat sepi dan kurang terawat. Kondisi ini bisa digambarkan seperti mati suri. Di bagian depan pasar, terdapat gapura kembar yang salah satunya sudah hancur. Reruntuhan bata dari gapura yang rusak serta rumput liar yang tumbuh hampir menutupi area depan menambah kesan tak terurus.

Saat memasuki pasar, beberapa ruko masih buka, namun di bagian belakang banyak ruko yang sudah tidak digunakan. Sekeliling ruko tersebut ditumbuhi rumput liar dan tampak tidak terawat. Beberapa bagian gedung, khususnya atap, juga tampak rusak dengan banyak lubang dan bocor.

Menurut Iis (38), salah satu pedagang batik di Pasar Batik Trusmi, banyak bagian bangunan yang rusak namun belum kunjung diperbaiki. “Banyak yang rusak, seperti bocor di atap, di bagian belakang, serta gapura yang di depan. Juga banyak rumput liar,” ungkap Iis seperti yang dikutip dari laman detikcom, Sabtu (25/5/2024).

Berita Terkait : Hadiri Sidang Terbuka Senat Unsub, PJ Bupati Subang Tegaskan Kab. Subang Butuh Mahasiswa Kritis

Iis menambahkan bahwa untuk mengatasi kerusakan fasilitas, para pedagang sering menggunakan dana pribadi. “Tidak ada pemeliharaan. Paling kalau ada yang bocor pakainya dana pribadi buat benerin,” tutur Iis.

Iis juga mengeluhkan tentang sepinya pengunjung di pasar tersebut. Menurutnya, setelah pandemi COVID-19, kunjungan ke Pasar Batik Trusmi menurun drastis. “Sekarang sepi, bahkan pada hari libur atau akhir pekan juga sepi, mulai sepinya sejak COVID-19,” tutur Iis.

Selain faktor fasilitas yang rusak, Iis juga menyebutkan kurangnya promosi dari pemerintah daerah sebagai salah satu penyebab sepinya pengunjung. “Sepinya mungkin karena kurang promosi dari pemda, tidak seperti dulu yang banyak acara,” ungkap Iis. Ia berharap agar pemerintah daerah dapat lebih memperhatikan Pasar Batik Trusmi dan meningkatkan promosi agar kembali ramai.

Berita Terkait : Perayaan Ulang Tahun Ke 9, My Republic Ekspansi di 9 Area Baru

Senada dengan Iis, pedagang batik lain, Yati (40), juga mengeluhkan fasilitas yang rusak dan sepinya pengunjung. “Sepi banget, kurang pemasaran. Padahal disediakan pemerintah, tapi setelah COVID-19 sepi, turunnya hampir 70 persen. Tempatnya banyak yang bocor juga padahal pas awal-awal buka ramai,” tutur Yati.

Yati, yang sudah 10 tahun berjualan batik, berharap agar pemerintah lebih memperhatikan Pasar Batik Trusmi ke depannya. “Harapannya sih lebih diperhatikan lagi, biar bisa ramai lagi,” pungkas Yati.

Pasar Batik Trusmi, yang pernah menjadi pusat keramaian dan ekonomi batik di Kabupaten Cirebon, kini membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah dan masyarakat agar dapat kembali hidup dan berkembang. Dukungan promosi serta perbaikan fasilitas sangat diharapkan oleh para pedagang agar pasar ini dapat kembali menjadi destinasi wisata belanja batik yang menarik.

Sumber : Tintahijau.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *