SUBANG, Elshifaradio.com – Menyongsong Pilkada serentak yang akan berlangsung pada 27 November 2024, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) bekerja sama dengan UNESCO dan didukung oleh Uni Eropa, mengadakan pelatihan khusus untuk jurnalis. Pelatihan ini bertujuan memperkuat kemampuan jurnalis dalam meliput isu-isu sensitif yang berpotensi memicu konflik selama Pilkada.
Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU) sebelumnya telah merilis indeks kerawanan Pilkada, menunjukkan bahwa beberapa wilayah memiliki tingkat kerawanan yang tinggi, baik dari segi penyelenggaraan maupun peserta Pilkada. Dengan adanya potensi konflik ini, AMSI berinisiatif mengadakan pelatihan sebagai bagian dari program #SocialMedia4Peace, agar jurnalis dapat meliput peristiwa secara lebih sensitif dan responsif terhadap konflik.
Baca Juga : Semarakkan HUT RI Ke-79, Koramil Jalancagak Ikut Pasang Bendera Merah Putih di Jalan Lingkar Cagak
Titi Anggraini, pakar hukum pemilu, menjelaskan bahwa Pilkada cenderung memiliki intensitas konflik yang lebih tinggi dibandingkan dengan Pileg dan Pilpres, meskipun ruang peliputan yang tersedia sering kali lebih terbatas. Ia menekankan bahwa pelatihan ini penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat melalui liputan yang lebih komprehensif, yang dapat membantu mencegah terjadinya konflik.
Pelatihan yang diikuti oleh 76 jurnalis dari berbagai daerah ini dilaksanakan di tiga wilayah, yaitu Banda Aceh, Jakarta, dan Manado. Selain melibatkan jurnalis senior sebagai pelatih, AMSI juga mengundang ahli dari penyelenggara pemilu dan organisasi masyarakat untuk memberikan pemahaman lebih dalam mengenai peliputan sensitif konflik.
Yekthi Hesthi Murthi, Associate Project Officer dari Unit Komunikasi dan Informasi UNESCO Jakarta, menjelaskan bahwa pelatihan bertajuk Conflict Sensitive Reporting on Election ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan jurnalis dalam menghasilkan karya jurnalistik yang tidak hanya informatif tetapi juga solutif bagi pihak yang terlibat dalam konflik.
“Kurikulum pelatihan mencakup pengetahuan tentang pola konflik, identifikasi pihak-pihak terkait, serta bagaimana menganalisis akar masalah dengan lebih jernih. Peserta juga dilatih jurnalisme data untuk menghasilkan tulisan berbasis data yang sensitif terhadap konflik,” jelas Yekthi.
Baca Juga : H. Adik ‘Sentil’ Niko : Jangan Berikan Pendidikan Politik yang Buruk ke Masyarakat
Selain itu, para peserta dilatih untuk mengenali deep fake serta cara mendeteksi disinformasi dan misinformasi yang mungkin muncul dalam bentuk foto atau video menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI). Peserta pelatihan juga berkesempatan mengikuti program fellowship untuk peliputan mendalam menjelang Pilkada serentak.
Ketua Bawaslu, Rahmat Bagja, yang hadir sebagai pembicara, menegaskan pentingnya peran media dalam menyajikan berita yang berimbang dan menawarkan solusi alternatif untuk penyelesaian konflik, sehingga media tidak menjadi pemicu eskalasi masalah.
Sebanyak 545 wilayah di 37 provinsi, 415 kabupaten, dan 93 kota akan menyelenggarakan Pilkada serentak tahun ini. Rahmat Bagja menekankan bahwa jumlah potensi konflik dalam Pilkada lebih banyak dibandingkan dengan Pileg dan Pilpres, sehingga pelatihan semacam ini sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi dan menangani situasi yang mungkin muncul.
Sumber : tintahijau.com
Response (1)