BeritaSubang

Chikungunya Meningkat Tajam, Dinkes Subang : Fogging Bukan Solusi Utama !

77
×

Chikungunya Meningkat Tajam, Dinkes Subang : Fogging Bukan Solusi Utama !

Share this article

SUBANG – Dinas Kesehatan Kabupaten Subang mencatat empat jenis penyakit yang masih mendominasi kasus kesehatan masyarakat sejak akhir Maret hingga akhir Mei 2025. Keempat penyakit tersebut adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, Tipoid, dan Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA).

Meski kasus DBD tahun ini menurun dibanding tahun sebelumnya—dengan total 170 kasus hingga Maret—tren Chikungunya justru menunjukkan lonjakan signifikan. Pada awal 2025, sebanyak 271 warga dilaporkan mengalami gejala Chikungunya (suspek), dan 34 di antaranya telah terkonfirmasi positif berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium.

Baca Juga : Waspada Gelombang Baru Covid-19, Dinkes Subang Ingatkan Pentingnya Protokol Kesehatan

Dalam keterangannya kepada media, Kepala Dinas Kesehatan Subang, dr. Maxi, menyampaikan bahwa keempat penyakit tersebut kini menjadi keluhan utama yang banyak ditangani oleh fasilitas kesehatan di Subang. Namun, ia menyoroti secara khusus peningkatan jumlah kasus Chikungunya yang perlu diwaspadai.

“Untuk kasus DBD relatif masih kecil dibandingkan tahun sebelumnya, dengan 170 kasus hingga bulan Maret. Tapi Chikungunya justru yang perlu kita waspadai, karena penyebarannya cepat dan kasusnya terus bertambah,” ujarnya.

dr. Maxi menjelaskan bahwa pola penularan Chikungunya serupa dengan DBD, yakni melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Nyamuk ini berkembang biak di sekitar pemukiman, khususnya pada tempat-tempat yang terdapat genangan air bersih.

Baca Juga : Dukung Program P2SDN, Pemkab Subang Optimalkan Potensi Peternakan untuk Ketahanan Pangan Nasional

“Gejala penyakit ini antara lain demam tinggi mendadak, nyeri sendi hebat, ruam, dan kelelahan ekstrem. Walau angka kematian rendah, dampaknya terhadap aktivitas dan kualitas hidup pasien sangat besar. Untuk mengantisipasi penyebaran lebih luas, Dinas Kesehatan Kabupaten Subang terus memperkuat strategi pengendalian berbasis lingkungan,” jelasnya.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa pengasapan (fogging) bukanlah solusi utama dalam pemberantasan nyamuk pembawa virus tersebut. Langkah paling dasar harus dimulai dari pemberantasan sarang nyamuk.

“Langkah pertama yang harus dilakukan adalah pemberantasan sarang nyamuk (PSN), lalu pemberantasan telur nyamuk larvasidasi dengan bubuk abate untuk membasmi telur-telur nyamuk. Fogging itu bukan solusi utama, itu justru opsi terakhir dan dilakukan secara sistematis,” tegasnya.

Baca Juga : Dukung Generasi Muda, Bupati Subang Apresiasi Film ” Simpang Satu ” Karya Anak Daerah

Ia pun menjelaskan prosedur pelaksanaan fogging yang harus melalui alur dan pengamatan terlebih dahulu. Fogging baru dilakukan jika telah ada laporan kasus dari warga atau fasilitas kesehatan dan setelah survei lingkungan dalam radius 20 rumah dari lokasi kasus.

“Fogging baru bisa dilakukan setelah ada laporan kasus dari warga atau fasilitas kesehatan, kemudian tim kesenian melakukan survei lingkungan dengan cakupan radius 20 rumah dari lokasi yang dilaporkan. Jika lebih dari 20 persen rumah dalam radius tersebut ditemukan jentik nyamuk dan ada kasus positif, barulah dilakukan pengasapan. Pendekatan ini dirancang agar intervensi bersifat tepat sasaran dan efektif. Tidak bisa sembarangan minta fogging. Harus ada alurnya. Kalau semua minta disemprot tanpa dasar data, itu justru bisa menimbulkan resistensi nyamuk terhadap obat insektisida,” terang dr. Maxi.

Baca Juga : Tragedi Tambang Gunung Kuda : 13 Orang Tewas Tertimbun Longsor, Gubernur Perintahkan Penutupan Permanen

Dinkes Subang juga mengimbau agar masyarakat mengambil peran aktif dalam pemberantasan sarang nyamuk, terutama mengingat lonjakan kasus Chikungunya yang begitu tajam.

Untuk itu, masyarakat diimbau melakukan tindakan pencegahan dengan rutin menguras tempat penampungan air, menutup rapat wadah air, dan mendaur ulang barang bekas yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.

dr. Maxi menyatakan bahwa pihaknya akan memperkuat edukasi ke masyarakat melalui kader-kader kesehatan dan program posyandu, serta mengintensifkan pemantauan jentik nyamuk di seluruh wilayah kecamatan yang terindikasi rawan kasus DBD dan Chikungunya,” pungkasnya.