BeritaJawa Barat

dr. Encep Sugiana Dorong Sekolah Jadikan Budaya Sunda Sebagai Pondasi Karakter Generasi Muda

29
×

dr. Encep Sugiana Dorong Sekolah Jadikan Budaya Sunda Sebagai Pondasi Karakter Generasi Muda

Share this article
dr. Encep Sugiana Dorong Sekolah Jadikan Budaya Sunda Sebagai Pondasi Karakter Anak Muda

SUBANG – Anggota Komisi V DPRD Jawa Barat, dr. Encep Sugiana, menyoroti pentingnya peran lembaga pendidikan dalam melestarikan dan menanamkan nilai-nilai luhur budaya Sunda kepada generasi muda. Menurutnya, budaya Sunda bukan sekadar warisan sejarah, tetapi merupakan pondasi kuat dalam membentuk karakter yang beretika, bermoral, dan berakhlak.

“Budaya Sunda ini sangat kaya dengan nilai-nilai religius, moral, dan sosial. Dalam ajaran budaya kita, ada aturan yang jelas mengenai tata krama terhadap orang tua, orang yang lebih tua, maupun terhadap yang lebih muda. Bahkan penggunaan bahasa pun diatur untuk menunjukkan rasa hormat dan santun,” ujar dr. Encep kepada TINTAHIJAU.com, Kamis (19/7/2025).

Baca Juga : Jadi Titik Strategis Roadshow KPK 2025, Bupati Reynaldy Serukan Revolusi Moral Antikorupsi

Ia mencontohkan ungkapan halus seperti “tuang neda salira anjeun” yang mencerminkan sopan santun tinggi dalam tradisi Sunda. Bagi dr. Encep, bahasa bukan sekadar alat komunikasi, tapi juga cerminan jati diri dan nilai budaya yang mendalam.

“Budaya Sunda mengajarkan kita untuk tidak sembarangan berbicara, apalagi kepada orang yang lebih tua. Bahkan ketika melewati orang yang sedang duduk saja, anak-anak diajarkan etika dan sopan santunnya. Ini bukan hal kecil, tapi fondasi sosial yang sangat penting,” jelasnya.

Namun, ia menyayangkan adanya penurunan penggunaan bahasa sopan di kalangan pelajar. Fenomena ini, menurutnya, bahkan menjalar ke lingkungan sekolah yang seharusnya menjadi pusat pembinaan karakter.

Baca Juga : Amanda Supermarket Hadirkan Gebyar Akhir Tahun Lewat Program SPARTA, Hadiah Mobil Menanti !

“Jangan sampai sekolah jadi tempat di mana anak-anak malah meniru bahasa yang kasar. Saya melihat sekarang ini, bahasa kasar bahkan seringkali digunakan oleh tokoh-tokoh publik dalam forum terbuka. Ini sangat disayangkan. Sekolah harus jadi tempat utama untuk menanamkan nilai-nilai budaya Sunda yang baik dan mendidik,” tegas politisi sekaligus dokter ini.

Ia menegaskan, tanggung jawab sekolah bukan hanya menyampaikan ilmu akademik, tetapi juga membentuk kepribadian anak didik. Pembiasaan dalam sikap, bahasa, serta aktivitas seni dan budaya menjadi kunci dalam menerapkan nilai-nilai budaya Sunda secara utuh.

“Bagaimana anak-anak diajarkan menyapa guru, bagaimana guru pun harus memberikan contoh dengan bahasa yang lembut dan santun. Jangan sampai karena guru merasa punya kuasa, jadi memperlakukan murid dengan ucapan yang tidak patut. Ini semua harus diatur sesuai dengan nilai-nilai kesundaan yang kita junjung,” ujarnya.

Baca Juga : Pengusiran Wartawan di Indramayu, PWI Ciayumajakuning : Ini Bukan Sekedar Gedung, Ini Soal Demokrasi !

Lebih jauh, ia mengingat masa kecilnya ketika pelajaran Bahasa Sunda tak hanya mengajarkan teori, tapi juga praktik kehidupan, termasuk dalam berpakaian dan bersikap saat mengikuti kegiatan budaya seperti memainkan calung atau angklung.

“Saya pernah ikut Angklung, itu memakai pakaian adat Sunda seperti pangsi, iket kepala, dan itu bukan sekadar seragam. Tapi bagian dari penanaman nilai kesopanan. Bahkan untuk biduan pun ada aturan soal berpakaian sopan, tidak membuka aurat berlebihan. Itu semua bentuk kearifan lokal yang harus terus dijaga,” tambahnya.

dr. Encep juga mengusulkan agar kegiatan ekstrakurikuler yang berbasis budaya Sunda, seperti musik tradisional, pelatihan bahasa halus, lomba pidato adat, atau berbalas pantun, dijadikan sarana memperkuat identitas anak-anak terhadap budaya sendiri.

Baca Juga : Gubernur Jabar Jamin Masa Depan Keluarga Korban Tragedi Pesta Rakyat Garut

“Anak-anak jangan hanya tahu bahasa Sunda dari sisi kasar atau ceplas-ceplos. Jangan sampai malah jadi kebiasaan berbahasa tidak senonoh di antara mereka. Harus ada upaya serius dari guru, kepala sekolah, dan dinas pendidikan untuk menjadikan budaya Sunda sebagai bagian dari pembentukan karakter,” paparnya.

Baginya, nilai-nilai lokal yang terkandung dalam budaya Sunda justru sangat selaras dengan ajaran agama. Ia menekankan bahwa unsur budaya dan religiusitas bisa berjalan berdampingan.

“Misalnya bagi yang muslim, memakai pakaian adat Sunda tetap bisa dikombinasikan dengan kewajiban menutup aurat. Yang penting substansinya: bahwa kita berpakaian sopan, berbahasa santun, dan bersikap penuh hormat. Itu inti dari budaya Sunda,” tandasnya.

Baca Juga : Gebyar Kebersihan Warnai Pembukaan HUT ke-38 Kecamatan Compreng

Menutup pernyataannya, dr. Encep menyerukan kepada seluruh pemangku kepentingan di dunia pendidikan untuk bersinergi menjaga dan menghidupkan budaya Sunda sebagai bagian penting dari pembangunan karakter generasi Jawa Barat.

“Kalau budaya Sunda diterapkan secara konsisten, Insya Allah anak-anak kita akan tumbuh menjadi generasi yang berakhlak, menghargai orang lain, dan mencintai tanah kelahirannya,” pungkasnya.

Sumber : Tintahijau.com