Subang, Elshifaradio.com – Lebih dari empat bulan, frekuensi 98,2 FM mendadak sunyi. Tak ada lagi suara khas berbahasa Sunda yang setia menyapa dari Radio Benteng Pancasila (Benpas), tak ada kabar pagi di warung kopi, penyejuk di siang terik, atau dongeng nostalgia yang biasa menemani malam.
Radio yang berdiri kokoh sejak 19 Juli 1966 ini bukanlah radio biasa. Mengusung nama ‘Benteng Pancasila’, Benpas pernah menjadi garda terdepan dalam melawan pengaruh Partai Komunis Indonesia (PKI) di tahun kelahirannya. Di benak masyarakat Subang, radio ini telah menjadi warisan, saksi sejarah, dan suara yang menyatu dalam denyut kehidupan mereka.
Kini, kebisuan Benpas menjadi tanda tanya besar. Kabar simpang siur pun bermunculan. Banyak yang cemas, khawatir Benpas telah “pensiun dini”, menyerah pada zaman yang semakin digital.
Baca Juga : Pemkab Subang Ubah Nama BP4D, Fraksi Gerinda : Ini Langkah Strategis Tingkatkan Pembangunan
“Sudah berbulan-bulan Benpas tidak ada siaran radio, saya jadi khawatir jangan-jangan Radio Benpas dinonaktifkan gara-gara kalah bersaing dengan media sosial internet dan platform digital,” ujar Dadang, seorang penggiat seni di Kabupaten Subang, menyuarakan kegelisahannya.
Kekhawatiran publik itu akhirnya sampai juga ke telinga pemerintah. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Subang, Dwinan Marchiawati, merespons melalui keterangan tertulis yang diterima Triberita.com.
“Radio pemerintah daerah memiliki peran yang sangat penting sebagai penyalur informasi dan sarana komunikasi antara pemerintah dan masyarakat. Terhentinya siaran Benpas tentu akan menghambat penyampaian informasi penting kepada warga Subang,” tuturnya.
Baca Juga : Ribuan Jemaah Haji Asal Subang Siap Berangkat, Ini Jadwal Lengkap Dan Pembagian Kloter
Ternyata, penyebab senyapnya Benpas cukup serius. Antena dan pemancar radio rusak parah akibat dua kali tersambar petir pada 14 dan 22 April 2025. Ironisnya, lokasi stasiun radio itu disebut sebagai area yang rawan sambaran petir setiap tahunnya—menimbulkan pertanyaan tentang kesiapan mitigasi dan sistem perlindungan yang dimiliki selama ini.
“Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga mengenai pentingnya perawatan rutin dan alokasi anggaran yang memadai untuk menjaga keberlangsungan operasional media publik seperti radio. Keterbatasan anggaran seharusnya tidak menjadi penghalang untuk memastikan layanan informasi kepada masyarakat tetap berjalan,” tegasnya.
Dwinan juga menambahkan pentingnya evaluasi terhadap lokasi Benpas saat ini. Jika memang rawan sambaran petir, maka solusi jangka panjang seperti sistem penangkal petir dan pemeliharaan berkala yang intensif menjadi kebutuhan mutlak.
Baca Juga : Dorong Tata Ketenagakerjaan dan Permukiman, DPRD Subang Bahas Dua Raperda Strategis
“Perlu ada kajian mendalam terhadap lokasi stasiun radio ini. Jika memang secara geografis rawan petir, maka perlu ada solusi permanen seperti sistem penangkal petir yang efektif dan pemeliharaan berkala yang lebih intensif,” imbuh Dwinan.
Kabar baiknya, proses perbaikan Benpas sudah direncanakan dan diperkirakan memakan waktu sekitar 14 hari, terhitung sejak Juni 2025, tentu dengan catatan bahwa anggaran yang diajukan telah disetujui.
Namun, vakumnya siaran selama hampir satu tahun menjadi pukulan telak bagi upaya penyebaran informasi publik di Subang. Masyarakat hanya bisa menanti dengan harap: agar gelombang suara Radio Benteng Pancasila kembali mengudara, menyapa, dan menghidupkan kembali ruang dengar warga Subang.
Sumber : triberita.com