BeritaNasional

Ray Rangkuti Soroti Dinamika Kekuasaan Baru: Pengaruh Politik Jokowi Dinilai Mulai Meredup di Era Prabowo–Gibran

13
×

Ray Rangkuti Soroti Dinamika Kekuasaan Baru: Pengaruh Politik Jokowi Dinilai Mulai Meredup di Era Prabowo–Gibran

Share this article
Ray Rangkuti Soroti Dinamika Kekuasaan Baru Pengaruh Politik Jokowi Dinilai Mulai Meredup di Era Prabowo–Gibran
Pengamat sebut proyek ikonik era Jokowi kini jadi pusat perhatian publik (Instagram/jokowi)

SUBANG – Meski telah meninggalkan jabatannya, Presiden ke-7, Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi, masih menjadi pusat perhatian publik. Sejumlah isu yang menyeret namanya kembali memunculkan perbincangan tentang posisi dan pengaruh politiknya di masa pemerintahan baru.

Pengamat politik Ray Rangkuti menilai, sorotan terhadap Jokowi mencerminkan adanya perubahan besar dalam dinamika kekuasaan di era pemerintahan Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka.

Menurut Ray, popularitas Jokowi secara personal memang masih tinggi, namun pengaruh politiknya kini tak lagi menentukan arah konstelasi kekuasaan.

“Soal apakah Pak Jokowi stabil atau turun, nggak penting juga bagi politik ini karena tingkat kepuasan sebesar apapun pada Pak Jokowi, pada kenyataannya nggak bisa mengubah tingkat kepuasan itu menjadi kekuatan politik,” ujar Ray dalam siniar PHD 4K di kanal YouTube Forum Keadilan TV, Senin, 3 November 2025.

Baca Juga : Pemkab Subang Pangkas Anggaran Usai Dana Transfer Pusat Turun Rp361 Miliar

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa popularitas tidak selalu berbanding lurus dengan kekuatan politik, terutama ketika kekuasaan sudah bergeser ke tangan pemerintahan baru.

Ray juga menyoroti posisi Gibran Rakabuming Raka yang kini menjabat sebagai wakil presiden. Ia menilai kehadiran Gibran tidak otomatis memperkuat pengaruh politik ayahnya di pemerintahan Prabowo.

“Walaupun ada Gibran, kenyataannya Gibran seperti tidak berfungsi, kan?” kata Ray menanggapi pernyataan Poempida Hidayatullah dalam tayangan yang sama.

Menurut Ray, dinamika ini menunjukkan bahwa meski ada hubungan keluarga di dalam pemerintahan, peta kekuasaan telah bergeser dan tak lagi sepenuhnya berpihak pada Jokowi.

Baca Juga : Banjir Lumpur Tasikmalaya, Rendam 14 Rumah Akibat Longsor di Hulu Sungai Galunggung

Lebih lanjut, Ray menilai hubungan politik antara Jokowi dan Presiden Prabowo Subianto kini berada di fase yang rumit — tidak sepenuhnya harmonis, namun juga belum berakhir.

“Hubungan Pak Jokowi itu nggak akan terputus dengan Pak Prabowo. Retak iya, tapi retak itu masih ada garis tebalnya. Makanya, sekali-kali nampil lagi bersama Pak Jokowi,” ujarnya.

Keterangan tersebut memperlihatkan bahwa hubungan dua tokoh besar yang dulunya rival kini berada dalam posisi saling menjaga jarak, namun tetap mempertahankan komunikasi politik yang diperlukan.

Ray juga mengungkap bahwa dua proyek kebanggaan Jokowi, yakni Kereta Cepat Jakarta–Bandung (Whoosh) dan Ibu Kota Nusantara (IKN), kini tengah menjadi sorotan publik.

Baca Juga : Ketua TP PKK Subang Dorong Pembenahan Administrasi dan Silaturahmi Lewat Pembinaan Kecamatan

“Semua sektor pemerintahan (Prabowo) mulai pelan-pelan membuka lagi persoalan terkait masa kepemimpinan Jokowi. Misalnya Whoosh, perdebatan ini muncul setelah Pak Purbaya (Menkeu) menyebut tak mau pakai APBN untuk pembayaran utang,” jelasnya.

Menurut Ray, pernyataan tersebut memunculkan kembali pertanyaan publik mengenai pembiayaan dan potensi penyimpangan dalam proyek besar era Jokowi.

“Pernyataan Pak Purbaya membuat orang menggeliat, ‘Ada apa sama Whoosh?’ kok utangnya besar. Nah, muncul soal dugaan mark up,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Ray menambahkan bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) disebut telah melakukan penyelidikan sejak Januari 2025, sebelum polemik itu mencuat. Ia menilai kondisi tersebut mengguncang dua proyek simbolik dari masa kepemimpinan Jokowi.

Baca Juga : RSUD Subang Gelar Donor Darah Serentak, Wujud Kepedulian di Momen HUT ke-25 ARSADA

“Kalau kemudian makna penting Whoosh diturunkan ke persoalan korupsi, artinya dua ikon Pak Jokowi diguncang orang sekarang. Satu IKN, yang kedua Whoosh,” jelasnya.

Ray pun menutup analisanya dengan menyoroti sikap pemerintahan Prabowo yang seolah memberi ruang bagi publik untuk mengkritisi warisan pemerintahan sebelumnya.

“Bahkan apapun yang dulu dibanggakan Pak Jokowi sebagai prestasinya, kini seperti dibiarkan oleh Pak Prabowo untuk dikuliti masyarakat,” pungkas Ray.

Pernyataan Ray Rangkuti menunjukkan bahwa masa pasca-kepemimpinan Jokowi tengah memasuki babak baru dalam peta politik nasional. Meskipun masih populer di mata publik, pengaruh politik Jokowi kini tengah diuji — bukan hanya oleh dinamika kekuasaan, tetapi juga oleh narasi baru yang dibangun di era Prabowo–Gibran.

Sumber : Genmilenial.id