BeritaKulinerSubang

Rempeyek Kadeudeuh, Produk UMKM Sagalaherang yang Berhasil Raup Omzet Jutaan

344
×

Rempeyek Kadeudeuh, Produk UMKM Sagalaherang yang Berhasil Raup Omzet Jutaan

Share this article
Produk UMKM Sagalaherang yang Berhasil Raup Omzet Jutaan

SUBANG, Elshifaradio.com – Kabupaten Subang, Jawa Barat, tidak hanya dikenal karena potensi wisata alamnya yang memukau, tetapi juga karena produk-produk UMKM yang telah menembus pasar domestik dan internasional.

Salah satu produk UMKM unggulan yang berhasil meraih sukses adalah Rempeyek Kadeudeuh, yang diproduksi oleh pasangan suami istri Wawan Setia Permana (54) dan Imat Rohimat Sopiah (44) di Kampung Suniaraja, Desa Sagalaherang Kaler, Kecamatan Sagalaherang.

Setiap hari, Wawan dan Imat memproduksi 10-15 kilogram rempeyek dari berbagai jenis, seperti kacang tanah, kacang ijo, teri, asin petek, dan udang. Selain rempeyek, mereka juga memproduksi keripik pisang dan keripik bayam. Usaha ini tidak hanya memenuhi kebutuhan pasar lokal, tetapi juga dikirim ke sentra oleh-oleh dan toko modern di berbagai kota.

Baca Juga : Dinilai Sebagai Partai yang Tidak Dapat Memperjuangkan Keadilan Rakyat, Wanda Hamidah Mundur dari Partai Golkar

Proses pembuatan rempeyek ini tergolong sederhana dan cepat, hanya memerlukan waktu kurang dari satu jam dari pembuatan adonan hingga penggorengan. Rempeyek Kadeudeuh diproduksi tanpa bahan pengawet, sehingga bisa bertahan hingga empat bulan dengan rasa yang tetap gurih dan nikmat. Kemasan produk ini juga sederhana, hanya menggunakan kantong plastik dengan harga mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu per bungkus.

Awal mula usaha Rempeyek Kadeudeuh dimulai pada tahun 2011, dengan modal yang tidak terlalu besar. Nama “Kadeudeuh” dipilih karena usaha ini dimulai bersamaan dengan kelahiran anak bungsu mereka, yang dianggap sebagai berkah dari Allah. Berkat usaha ini, Wawan dan Imat berhasil membangun rumah yang megah dan modern, serta berziarah ke Tanah Suci.

Sebelum pandemi Covid-19, omzet bulanan usaha ini mencapai belasan juta rupiah, dengan produksi hingga tiga kwintal tepung per minggu. Namun, setelah pandemi, omzet mengalami penurunan, meskipun permintaan tetap ada. Saat ini, mereka fokus pada pesanan yang dibayar secara tunai dan penjualan langsung di pasar maupun event tertentu, seperti bazar dan pameran UMKM.

Baca Juga : Persiapan Pilkada 2024, Netralitas ASN Jadi Fokus Utama Pengawasan di Subang

Meski telah sukses, Wawan tetap berusaha mengembangkan usahanya dengan mengikuti berbagai pelatihan UMKM yang diselenggarakan oleh PLUT dan DKUPP. Ia mengaku mendapatkan banyak ilmu tentang pengemasan produk, pemasaran, hingga promosi dari pelatihan-pelatihan tersebut.

Rempeyek Kadeudeuh juga sering menjadi bahan penelitian mahasiswa KKN, yang tertarik mempelajari proses produksi hingga pengemasan rempeyek. Meskipun usaha ini telah berjalan selama lebih dari 13 tahun, Wawan mengaku belum pernah mendapatkan bantuan modal atau alat dari pemerintah. Semua peralatan yang digunakan, mulai dari penggorengan hingga mesin penggilingan, dibeli dengan modal pribadi.

Wawan berharap usahanya dapat terus berkembang dan merambah ke lebih banyak kota di Indonesia melalui jaringan reseller, sehingga produk Rempeyek Kadeudeuh dapat dikenal lebih luas.

Sumber : penanews.net

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *