BeritaSubang

Viral ! Kasus Cekcok Guru dan Orang Tua Murid di SMPN 2 Jalancagak, Gubernur Jabar Turun Tangan

11
×

Viral ! Kasus Cekcok Guru dan Orang Tua Murid di SMPN 2 Jalancagak, Gubernur Jabar Turun Tangan

Share this article
Kasus Cekcok Guru dan Orang Tua Murid di SMPN 2 Jalancagak Ini Penjelasan Kedua Pihak

SUBANG – Viral di media sosial, video percecokan antara salah satu orang tua murid dengan guru SMPN 2 Jalancagak, Subang. Video yang terjadi di lingkungan sekolah itu menjadi sorotan publik dan memancing berbagai reaksi dari masyarakat.

Dalam video yang beredar, terlihat seorang pria—orang tua dari salah satu siswa—datang ke sekolah dan memarahi guru bernama Rana Setiaputra, karena merasa tak terima anaknya digampar oleh sang guru.

Rana menjelaskan bahwa tindakannya dilakukan karena siswa tersebut sudah tidak bisa diingatkan dengan cara baik-baik.

“Karena diomongkan baik-baik sudah tidak nurut, dengan cara-cara biasa anak-anak sudah pada ngelunjak,” ucapnya dalam video yang beredar.

Menurut keterangan, kesabaran Rana memuncak ketika sejumlah siswa memanjat tembok sekolah hingga roboh.

Melalui akun Instagram pribadinya, @mangdans_, sang orang tua mengakui bahwa anaknya memang bersalah. Namun, ia menilai cara sang guru sudah kelewat batas.

“Saya akui anak saya salah gara-gara manjat tembok sampai roboh, tapi saya tidak suka cara guru sudah pakai kekerasan, dan bukan anak saya saja yang kena gampar, 8 anak kena gampar,” tulisnya.

Pada video tersebut juga, sang anak pun sempat memberikan kesaksian soal kejadian tersebut.

“Kesalahan abang, waktu hari Rabu abang telat masuk lewat belakang pager yang udah jadi, tapi abang udah ngakuin itu kesalahan. Tapi waktu hari Senin, ya gitu, padahal guru udah nelpon orang tua,” ujarnya.

Ia mengaku telah digampar sebanyak tiga kali oleh gurunya.

Dedi Mulyadi Turun Tangan

Menanggapi viralnya peristiwa ini, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi langsung bergerak cepat. Melalui unggahan di akun media sosial pribadinya, Dedi memperlihatkan pertemuannya dengan guru SMPN 2 Jalancagak tersebut.

Dalam pertemuan itu, Rana menjelaskan bahwa siswa-siswa yang ditegurnya bukan hanya melanggar aturan dengan memanjat tembok, tetapi juga sering berperilaku kurang disiplin.

“Bukan hanya merokok, tapi berkelahi, mengganggu kelas yang lain. Terakhir loncat,” ujarnya.

Dedi menyatakan bahwa dirinya akan memediasi pihak guru dan orang tua agar masalah ini cepat selesai.

“Saya pikir masalah ini harus segera selesai,” ucapnya.

Ia juga mengingatkan bahwa orang tua dan guru memiliki kewajiban atau tanggung jawab yang sama yaitu mendidik anak-anak, jadi harus saling menghargai.

“Kalau dititpkan di sekolah, percayakan kepada guru. Kalau gurunya keras sedikit, orang tuanya juga harus bisa menyadari kekerasan itu terjadi. Tetapi, guru juga harus menyadari bahwa tidak semua harus dengan kekerasan. Kadang harus lembut, kadang harus keras,” kata Dedi.

Penjelasan Orang Tua ; Kesalahan Anak Saya Sepele

Orang tua siswa yang terlibat, Deni Rukmana, kemudian memberikan klarifikasi pada Selasa (4/11/2025). Ia menyebut bahwa kesalahan anaknya, Zacky, bukan pelanggaran berat seperti yang ramai diberitakan.

“Kesalahan anak saya itu sepele, hanya loncat pagar saja. Tapi sanksinya malah digampar sampai 8 orang,” ujarnya.

“Guru bilang hanya dua kali, tapi anak saya mengaku tiga kali,” tambahnya.

Deni menegaskan anaknya tidak melakukan pelanggaran seperti merokok atau membuat keributan di kelas.

“Saya lihat di berita Dedi katanya gara-gara merokok dan mengganggu teman, itu tidak benar. Saya hanya meluruskan, sesuai pengakuan anak saya dan guru, dia hanya loncat pagar,” tegasnya.

Ia juga mengaku datang ke sekolah untuk meminta penjelasan langsung dari guru, namun situasi sempat memanas hingga ia spontan merekam kejadian itu.

“Saya datang baik-baik, ingin tahu kenapa anak saya sampai digaplok tiga kali. Tapi penyampaian guru itu menurut saya tidak bagus, makanya saya reflek ambil handphone dan merekam, saya akui, mungkin saya juga sempat emosi, begitu pun gurunya,” ungkapnya.

Selain itu, Deni juga menyinggung tudingan bahwa anaknya sering mendapat peringatan dari pihak sekolah, tapi tidak pernah ada surat resmi dari pihak sekolah yang disampaikan kepada dirinya selaku orang tua murid.

“Katanya sering ada surat peringatan atau pemanggilan orang tua, tapi semua itu tidak benar. Tidak pernah ada surat yang sampai ke saya. Kalau memang ada panggilan, saya selalu datang. Waktu anak saya loncat pagar, istri saya juga datang,” imbuhnya.

Kepala Sekolah : Sekolah Tak Berniat Menyakiti Anak

Sementara itu, Kepala Sekolah SMPN 2 Jalancagak Tatang Ruhana memastikan bahwa permasalahan ini telah diselesaikan melalui mediasi.

Ia menjelaskan bahwa pemerintah provinsi, termasuk Gubernur, kini juga turut memantau perkembangan kasus ini.

“Sebetulnya sudah masuk ke Gubernur, terus pemerintah provinsi ikut bertanggung jawab,” ujarnya.

Tatang juga mengakui bahwa siswa tersebut memang sudah beberapa kali melanggar kedisiplinan sejak kelas 7, namun ia tidak membenarkan tindakan kekerasan guru.

“Anak ini memang sudah punya cerita panjang dari kelas 7 dan sering melanggar. Tapi saya tidak bermaksud membenarkan tindakan guru,” tuturnya.

Menurutnya, kejadian ini menjadi pembelajaran penting bagi semua pihak agar lebih bijak menyelesaikan masalah di dunia pendidikan.

“Kepala sekolah harus mengikuti pelajaran, dan orang tua juga jangan mudah memviralkan masalah,” tegas Tatang.

Ia pun berharap peristiwa ini menjadi momentum memperkuat kolaborasi antara sekolah dan orang tua.

“Kami sudah mengumpulkan para orang tua untuk berkolaborasi mendidik anak. Izinkan sekolah mendidik anak di sekolah, dan jika anak di rumah, mohon orang tua juga ikut mendidik,” tutupnya.

Sumber : Pasundan Ekspres