Khazanah

Di Tengah Badai Perselingkuhan dan Kenakalan Anak, Doa Sederhana ini Bisa Jadi Penyejuk Hati

124
×

Di Tengah Badai Perselingkuhan dan Kenakalan Anak, Doa Sederhana ini Bisa Jadi Penyejuk Hati

Share this article
Di Tengah Badai Perselingkuhan dan Kenakalan Anak Doa Sederhana ini Bisa Jadi Penyejuk Hati

SUBANG – Gelombang persoalan keluarga dan kenakalan remaja kini semakin nyata menghantui berbagai daerah, termasuk Subang. Di balik layar gawai dan derasnya arus media sosial, banyak rumah tangga yang diam-diam goyah — oleh krisis kepercayaan, anak-anak yang kehilangan arah, hingga pergaulan yang menjurus pada kekerasan dan narkoba.

Ketika kata-kata tak lagi cukup untuk menenangkan hati, banyak orang tua kini kembali melafalkan satu doa yang meneduhkan:

Rabbana hablana min azwajina wa dhurriyatina qurrata a’yun waj’alna lil muttaqina imama.

Artinya : “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk mata hati kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74)

Doa ini bukan sekadar bacaan rutin, tetapi menjadi harapan, pelindung, dan arah hidup keluarga Muslim. Menurut Ustaz Ridwan Akbar, pengasuh Majelis Taklim Al-Furqan Subang, makna di balik doa ini sangat dalam, menyentuh inti dari apa yang seharusnya menjadi tujuan sebuah rumah tangga.

“Doa ini adalah harapan spiritual yang dalam. Kita minta kepada Allah agar keluarga kita bukan sekadar lengkap, tapi menjadi sumber ketenangan, kebanggaan, dan ladang amal,” jelasnya.

Makna dan Hikmah yang Tersimpan

Doa ini mengajarkan bahwa keluarga bukan sekadar urusan dunia, tapi juga bagian dari perjalanan spiritual. Berikut hikmah penting dari ayat ini:

  1. Keluarga sebagai Anugerah, Bukan Sekadar Kewajiban
    Kata “hablana” mengingatkan bahwa pasangan hidup dan keturunan adalah karunia dari Allah. Kita tidak “memiliki” mereka, tetapi diberikan amanah untuk merawatnya.
  2. Rumah Sebagai Pelabuhan Jiwa
    Istilah qurrata a’yun menggambarkan sesuatu yang menyejukkan hati dan menenangkan jiwa. Kita tidak hanya berdoa agar keluarga tetap bersama, tetapi juga menjadi sumber kedamaian, bukan keresahan.
  3. Memimpin dengan Keteladanan
    Doa ini menanamkan semangat untuk menjadi imam — bukan sekadar pemimpin dalam rumah, tetapi juga teladan dalam iman, akhlak, dan tanggung jawab moral.
  4. Perisai di Tengah Ujian Zaman
    Di tengah godaan digital dan krisis nilai, doa ini menjadi benteng. Ia menguatkan keluarga agar tetap utuh, meski dunia berubah cepat.

Kapan Waktu Terbaik untuk Membaca Doa Ini?

Tak ada batas waktu khusus untuk memohon kepada-Nya. Namun, beberapa momen berikut diyakini lebih kuat dalam menghadirkan makna dan ketenangan:

  1. Usai Salat Fardhu: Saat hati masih khusyuk dan suasana batin hening.
  2. Dalam Sujud Terakhir atau Salat Tahajud: Ketika doa lebih dekat pada pengabulan.
  3. Menjelang Tidur Bersama Keluarga: Sebagai penguat batin yang mengikat cinta dalam rumah.
  4. Pada Momen Istimewa: Seperti ulang tahun pernikahan, kelahiran anak, atau saat menghadapi ujian rumah tangga.
  5. Dalam Krisis dan Cobaan: Ketika emosi memuncak, doa ini menjadi penyejuk dan pengingat bahwa jalan keluar berasal dari Allah, bukan dari amarah.

Di tengah derasnya badai peradaban dan goyahnya nilai-nilai keluarga, doa ini adalah jangkar yang menenangkan.
Karena lebih dari sekadar kata, ia adalah harapan agar rumah menjadi surga, dan cinta tetap suci — dari dunia hingga akhirat.

Sumber : tintahijau.com