Berita

JK Kritik Kurikulum Merdeka Nadiem: Tidak Merdeka Saja Tidak Belajar, Apalagi Merdeka ?

360
×

JK Kritik Kurikulum Merdeka Nadiem: Tidak Merdeka Saja Tidak Belajar, Apalagi Merdeka ?

Share this article
JK Kritiki Kurikulum Merdeka Ala Nadiem

Subang, Elshifaradio.com – Jusuf Kalla (JK), Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12, melontarkan kritik tajam terhadap sejumlah program Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim. Salah satu yang ia soroti adalah Kurikulum Merdeka dan konsep Merdeka Belajar yang diterapkan saat ini. JK menilai, penerapan kurikulum tersebut belum sesuai untuk diterapkan di Indonesia dan malah bisa membuat siswa menjadi semakin malas belajar.

“Anda boleh lihat di sana. Saya konservatif. Anak itu, kita ini, kita semua pernah sekolah. Kapan kita belajar? Kan kalau mau ujian. Ya kan? Kalau tidak ada ujiannya, kapan belajarnya? Semua, Kampus Merdeka. Apa merdekanya? Tidak merdeka saja tidak belajar, apalagi merdeka,” ucapnya.

Ia juga mempertanyakan efektivitas Kurikulum Merdeka apabila diterapkan di seluruh sekolah di Indonesia, mengingat pola belajar siswa di Indonesia yang dinilainya masih konservatif. JK berpendapat bahwa tidak semua sistem pendidikan dari luar negeri bisa langsung diterapkan di Indonesia.

“Dibantah kiri-kanan. Nggak, saya bilang. Kita konservatif saja. Karena menghadapi 70.000 siswa. Bagaimana memerdekakan 70.000 siswa? Nggak mungkin itu. Jangan tiru satu sekolah begitu, Cikal atau apa, bikin Kurikulum Merdeka, tiba-tiba satu Indonesia mau di-Kurikulum Merdekakan. What? Akibatnya inilah,” jelas JK dalam acara Diskusi Kelompok Terpumpun Menggugat Kebijakan Anggaran Pendidikan di Sheraton Grand Jakarta Gandaria City Hotel, Jakarta Selatan, Sabtu (9/9/2024) lalu.

Baca Juga : Targetkan “Jabar Hattrick Juara”, 36 Atlet Subang Siap Berlaga di PON XXI Sumut-Aceh

JK juga mengkritik latar belakang Nadiem yang tidak memiliki pengalaman dalam bidang pendidikan. Menurut JK, mendikbud seharusnya dipimpin oleh seseorang yang memiliki keahlian di bidang tersebut.

“Jadi orangnya dulu, apa yang mau dicapai, baru anggaran. Semua tokoh pendidikan selalu memimpin pendidikan di Indonesia. Begitu menterinya tidak ngerti pendidikan ditambah malas lagi mengurusi pendidikan, kacaulah semua ini,” kata JK.

Ia kemudian mencontohkan sejumlah menteri pendidikan sebelumnya yang memiliki latar belakang kuat dalam dunia pendidikan, seperti Ki Hajar Dewantara dan para mantan rektor perguruan tinggi.

“Di belakang pendidikan itu ada the man behind the gun, COO. Saya coba cari siapa menteri pendidikan selama ini. Ki Hajar Dewantara, orang hebat, dengan Taman Siswa cikal bakal prinsip pendidikan kita, Pak Soemantri (Brodjonegoro), Syarief Thayeb, Daoed Joesoef, semua orang hebat di bidang pendidikan, ada Pak Juwono (Sudarsono), Abdul Malik Fadjar, semua ahli pendidikan, Muhadjir Effendy, Pak (Mohammad) Nuh (eks) rektor ITS, Anies (Baswedan) (eks) rektor (Universitas) Paramadina,” sambungnya.

Baca Juga : CPNS 2024: Pendaftaran Telah Berakhir, Ini Tahapan dan Jadwal Selanjutnya

JK juga menyentil tentang Nadiem yang dianggap jarang hadir di kantor dan kurang terjun ke lapangan. Ia menegaskan bahwa menteri pendidikan harus turun langsung ke daerah untuk memastikan kondisi pendidikan secara langsung.

“Dan ada Mas Nadiem, yang tidak punya pengalaman pendidikan, tidak pernah datang ke daerah, dan jarang ke kantor. Bagaimana bisa,” katanya.

JK juga meminta pemerintahan yang baru nantinya untuk menunjuk mendikbudristek yang mengerti pendidikan. Hal ini agar penggunaan anggaran efektif.

“Pemerintah yang datang tolonglah, dipilih betul menteri yang ngerti pendidikan. Kalau tidak, mau rupiah sekian triliun dikasih, akan hancur-hancuran kalau tidak ngerti pendidikan,” kata JK.

Menurut JK, menteri pendidikan yang mengerti pendidikan dapat mengalokasikan anggaran dengan tepat. Bukan anggaran yang diperbaiki, tapi menurutnya menteri pendidikan harus kembali belajar mengelola anggaran.

“Jadi bukan hanya anggaran diperbaiki, tapi orang yang melaksanakan anggaran juga harus lebih diperbaiki. Percuma kalau bicara anggaran sekian tanpa orang yang me-manage anggaran itu dengan baik,” sambungnya.

Baca Juga : 5 Manfaat Luar Biasa Buah Tin untuk Kesehatan Tubuh

JK juga menyayangkan keputusan Nadiem yang menghapus Ujian Nasional (UN) di berbagai jenjang pendidikan. Sebagai gantinya, siswa mengikuti Asesmen Nasional (AN). Menurut JK, UN seharusnya tetap ada seperti di negara-negara besar seperti India dan Cina.

Sejak kepemimpinan Nadiem, UN dihapuskan di SD, SMP, dan SMA. Sebagai gantinya, siswa dari perwakilan kelas 5 SD, 8 SMP, dan 11 SMA mengikuti Asesmen Nasional (AN).

“Kita belajar ke sana. Jadi kalau kirim studi banding DPR, jangan ke Finland, jangan ke Swedia, nggak ada gunanya, mimpi aja di situ. Pergi ke China, pergi ke Korea, pergi ke Jepang, pergi ke India. Dan apa inti di sana? Ujian Nasional,” kata JK.

JK juga menekankan pentingnya Indonesia berkaca pada negara-negara dengan populasi yang besar dan ekonomi yang mirip, seperti India atau Cina, ketimbang meniru negara-negara kecil seperti Finlandia atau Singapura.

“Kalau bicara pendidikan, jangan contohin Finland, jangan contohin Singapore, mereka penduduknya 50 juta, income per capita 70.000. Kita penduduk 280 juta, income per capita 40.500. Jauh sekali. Jadi kalau bicara pendidikan di sana mau merdeka, silakan. Mau bicara kimia, ada labnya. Mau bicara fisika, ada labnya. Mau olahraga, ada alat olahraganya, mau apa juga ada semuanya. Di Amerika, di Singapore, di Finland apalagi,” jelas JK.

Baca Juga : Menghadapi Bhayangkara Presisi FC: Tantangan Berat Persikas Subang di Pekan Kedua Pegadaian Liga 2

Menurut JK, pemerintah yang baru nantinya harus menunjuk menteri pendidikan yang paham betul mengenai pendidikan agar anggaran dapat dialokasikan secara tepat. Ia juga menegaskan bahwa selain memperbaiki anggaran, penting juga memperbaiki orang yang menjalankannya.

Selain merupakan ahli di bidang pendidikan, JK juga menuturkan pemilihan seorang menteri bisa dilihat lewat tiga kriteria ini yakni orang terbaik, programnya, dan caranya mengefektifkan anggaran. Menurutnya, hal tersebut tak jauh seperti kasus mendirikan perusahaan. Di mana ketiga hal tersebut menjadi penting untuk dipertimbangkan.

“Tapi kita harus belajar dari India, bisa belajar dari Cina, dari Korea. India, hampir semua perusahaan besar di Amerika COO-nya orang India. Mau Microsoft, mau Twitter (X). Calon presiden Amerika Kamala Harris ibunya India, perdana menteri Inggris orang India. Berarti something di India itu, pendidikannya hebat,” kata JK.

Sumber : lampusatu.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *